Senin, 13 April 2015

Potensi Wilayah Jakarta Timur


Jakarta Timur merupakan Kota Administrasi yang memiliki wilayah paling luas serta memiliki keunikan baik dari sisi historis maupun obyektif diantara Kota Administrasi lainnya di DKI Jakarta. Dengan luasnya Kota Administrasi Jakarta Timur, maka sangat mungkin untuk dikembangkan, sehingga ke depannya Kota Administrasi Jakarta Timur dapat bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Kota Administrasi Jakarta Timur memiliki sejumlah kawasan-kawasan potensial atau unggulan untuk dapat dikembangkan. Kawasan unggulan merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan sektor strategis, seperti industri, pariwisata, perdagangan, pertanian, permukiman dan lain-lain.Sektor strategis merupakan sektor yang menempati prioritas utama karena tingkat peranannya dalam pembangunan. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi untuk mengembangkan, dan melestarikan serta mengkoordinasikan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah.

Secara terperinci beberapa keunikan tersebut tergambar dari kondisi kawasan potensial yang ada di Kota Jakarta Timur:

1. Kawasan Jatinegara
Kawasan Jatinegara merupakan salah satu pusat kawasan unggulan bagi kegiatan perekonomian diwilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Kawasan Jatinegara mulai dikenal pada abad 17, yang dikenal sebagai kediaman para pangeran yang berasal dari Banten. Nama Jatinegara diriwayatkan berasal dari kata ”Jatina Nagara” yang berarti kekuatan negara dan merupakan simbol penggalangan kekuatan para pangeran Banten (melawan Belanda) pada waktu itu.
Kawasan segitiga Jatinegara dikenal juga sebagai serambi muka Kota Administrasi Jakarta Timur. Kawasan ini merupakan kawasan tertua kedua setelah kawasan Jakarta Kota. Disamping itu terdapat kawasan-kawasan etnis cina yang selayaknya tetap dipertahankan untuk memberi keunikan kawasan.
Sejak jaman Belanda, kawasan ini lebih dikenal sebagai kawasan perdagangan dan jasa baik formal maupun non formal. Seiring dengan perkembangan jaman, kawasan Jatinegara telah berkembang menjadi kawasan perdagangan dan jasa yang potensial dalam rangka menunjang pertumbuhan kegiatan ekonomi.
Aktifitas kawasan semakin padat dengan terdapatnya Stasiun Kereta Api Jatinegara dan Terminal Bus Kampung Melayu. Namun, dengan adanya Stasiun Jatinegara dan terminal Kampung Melayu membuat kawasan segiitga Jatinegara ini menjadi lebih strategis dan mudah untuk dijangkau dari kawasan sekitarnya.
Disepanjang ”koridor” jalan segitiga Jatinegara terdapat banyak toko-toko, pasar modern, pasar tradisional dan pedagang kaki lima. Seluruh pemilik toko dan pasar modern menempati lahan milik negara dengan status Hak Guna Bangunan (HGB).
Didalam kawasan Segitiga Jatinegara juga terdapat sebuah pasar dengan komoditi batu aji. Kawasan sentra produksi dan jual beli batu aji di Rawa Bening yang telah dikenal luas baik pada tingkat lokal, regional, nasional dan mancanegara juga termasuk ke dalam wilayah Segitiga Jatinegara. Pasar Rawa Bening ini memiliki luas 10.878 m2. Pasar ini menempati sebagian lantai dasar pasar Rawa Bening – Jatinegara, dengan jumlah kios usaha yang ada sebanyak 37 unit usaha.
Pasar batu aji Rawa Bening didirikan pada tahun 1974, pada awalnya pasar ini diperuntukkan sebagai pasar beras dan pasar seng. Kemudian pada tahun 1984 pemerintah bekerjasama dengan PD. Pasar Jaya merelokasi pedagang batu aji dari lapangan Urip ke Pasar Rawa Bening sebanyak 50 pedagang. Pasar batu aji ini merupakan satu-satunya yang ada di Kota Jakarta.
Saat ini tengah dipersiapkan pengembangan dan renovasi bangunan pasar dari 2 lantai menjadi 4 lantai. Selain pengembangan bangunan pasar, direncanakan juga membangun fasilitas-fasilitas lain dilingkungan pasar rawa bening, yaitu jembatan penghubung stasiun Jatinegara dengan pasar Rawa Bening; Hotel dan Sarana Olahraga.
Selain sebagai kawasan perdagangan, kawasan segitiga Jatinegara juga memiliki karakteristik sebagai kota tua. Hal ini dapat dilihat dengan masih adanya bangunan-bangunan tua peninggalan jaman Belanda yang antara lain adalah gereja Kolonia, Gedung ex-Kodim 0505, klenteng dan rumah-rumah bergaya arsitektur cina.
Sebagai kawasan yang memiliki potensi cukup tinggi maka kawasan Jatinegara perlu dilakukan peningkatan, penataan dan pemeliharaan secara bertahap dan terencana dengan baik. Dengan demikian maka diharapkan kawasan ini bisa menjadi kawasan prospektive dan berfungsi optimal bagi kegiatan ekonomi di Kota Administrasi Jakarta Timur.

2. Kawasan Sentra Primer Baru Timur
Kawasan Sentra Primer Baru Timur merupakan kawasan yang sangat potensial di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dalam peranannya sebagai Pusat Jasa dan Perdagangan, serta Pemerintahan.
Kawasan dengan luas 96 Ha ini terletak di Kecamatan Cakung, dan mencakup 2 (dua) Kelurahan yakni Kelurahan Pulo Gebang dan Kelurahan Penggilingan. Kawasan Sentra Primer Baru Timur berbatasan dengan Jalan Komarudin disebelah Utara, Jalan I Gusti Ngurah Rai (Rel KA) disebelah Selatan, Jalan Penggilingan disebelah Barat, dan Tol Cakung – Cilincing disebelah Timur.
Kawasan SPBT merupakan kawasan yang sangat strategis, terlihat dari keberadaan kawasan ini dalam konstelasinya dengan wilayah sekitarnya, yang berdekatan dengan pusat-pusat kegiatan antara lain: Terminal Bus Pulogadung, Kawasan Industri Pulogadung, Perkampungan Industri Kecil (PIK), Sentra Meubel Klender, dan berbagai kawasan permukiman.
Adapun sarana terbangun yang ada di Kawasan SPBT saat ini adalah : Kantor Walikota Administrasi Jakarta Timur, Kantor PLN Rayon Pondok Kopi, Kantor Telkom STO Pondok Kopi, Surge Tower (Menara Air PAM), Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jakarta Timur, Kantor PTUN Jakarta, Kantor Kodim 0505 Jakarta Timur, Kantor Badan Pembinaan Hukum (Babinkum) TNI, dan Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar.
Dewasa ini pengembangan di Kawasan SPBT telah berjalan, walaupun dalam kondisi yang relatif lambat, sebagai akibat belum terbangunnya infrastruktur jalan secara optimal, antara lain : Pembangunan Fly Over Pintu Tol Bintara; Pembangunan Akses menuju Jl. Jatinegara Kaum; Peningkatan jalan sejajar tol sisi barat; Peningkatan Jl. Penggilingan dan Jl. Pulogebang.
Kawasan Sentra Primer Baru Timur (SPBT) dan sekitarnya merupakan salah satu kawasan yang potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan multifungsi dan pusat kegiatan, antara lain : pemerintahan, perkantoran/ jasa umum, perdagangan, peribadatan, pendidikan, kesehatan, perumahan, rekreasi, olah raga, dan sosial budaya secara terpadu. Hal ini disebabkan karena kawasan ini termasuk kedalam salah satu kawasan pusat pengembangan Jakarta ke arah timur.
Nilai strategis Kawasan SPBT karena didukung fasilitas kota yang memadai seperti Terminal Bus Pulogadung, Kawasan Industri Pulogadung, Perkampungan Industri Kecil (PIK), Sentra Meubel Klender, dan berbagai kawasan permukiman. Dewasa ini pengembangan di Kawasan SPBT telah berjalan, walaupun dalam kondisi yang relatif lambat, sebagai akibat belum terbangunnya infrastruktur jalan secara optimal, antara lain: Pembangunan Fly Over Pintu Tol Bintara; Pembangunan Akses menuju Jl. Jatinegara Kaum; Peningkatan jalan sejajar tol sisi barat; Peningkatan Jl. Penggilingan dan Jl. Pulogebang.

3. Kawasan Terminal Pulogebang
Terminal Pulogebang merupakan terminal pengganti Terminal Pulogadung yang nantinya diproyeksikan menjadi terminal terbesar dan termodern di Jakarta. Terminal ini berdiri di atas lahan seluas 72,668 m2. Bangunan ini dilengkapi juga dengan pusat perbelanjaan dan retail-retail. Area luar bangunan lantai 1 terdiri atas :
- Area parkir mobil pribadi (534 unit parkir)
- Motor (319 unit parkir)
- Sepeda (75 unit parkir)
- Bus (18 unit parkir)
- Taksi (24 unit parkir)
Sedangkan lantai 2 terdiri atas lajur antar kota (28 unit bus), dalam kota (6 lajur untuk angkutan kota, 10 lajur untuk bus kecil dan besar) dan transjakarta (4 set bus articulated).

4. Kawasan Meubel Klender
Kawasan Sentra Meubel Klender merupakan salah satu kawasan dengan karakter dan daya tarik khusus bagi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam hal barang industri meubel.

5. Kawasan Perkampungan Industri Kecil Pulogadung
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan DKI Jakarta, ada 852 kios di areal seluas 44 hektar itu. Unit-unit itu terdiri atas 18 barak kerja dengan pengusaha 429 orang. Jenis-jenis usaha yang digarap di PIK meliputi konfeksi (275 pengusaha), logam (60), kulit (46), dan aneka komoditas (44), mebel (22).

6. Kawasan Rumah Pemotongan Unggas Rawa Kepiting
Luas lahan RPU Rawa Kepiting ini mencapai 2 Ha dengan daya tampung eksisting tahun 2010 sebagai berikut, tempat penampungan ayam kapasitasnya adalah 72.000 ekor per hari, dengan tempat penampungan sebanyak 36 unit. Sementara untuk pemotongan kapasitasnya mencapai 69.600 ekor per hari, dengan tempat pemotongan yang tersedia 59 unit.

7. Kawasan Kanal Banjir Timur (KBT)
Kanal Banjir Timur merupakan infrastruktur pengendali banjir dengan trace sepanjang 23,5 Km dan lebar 100-300 m, kanal ini direncakan akan menampung aliran dari 5 (lima) sungai, yakni Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Kramat Jati dan Kali Cakung.
KBT akan melintasi 2 (dua) wilayah yakni Kota Administrasi Jakarta Timur dan Kota Administrasi Jakarta Utara, mempunyai catchment area seluas 20,125 Ha, diharapkan mampu mengurangi 13 (tiga belas) titik banjir di Kota Administrasi Jakarta Timur yang meliputi : Kebon Nanas, Rawa Bunga, Cipinang Jaya, Cipinang Besar Utara, Cipinang Indah, Cipinang Muara, Cipinang Melayu, Pulomas Utara, Buluh Perindu, Malaka Selatan, Pondok Kelapa, Pulogadung, Cakung Barat, dan 5 titik banjir di Kota Administrasi Jakarta Utara meliputi Ujung Menteng, Komplek Kelapa Gading, Komplek Walikota Jakarta Utara, Yon Angmor Sukapura, dan Babek ABRI Rorotan.

8. Kawasan Makam Pangeran Jayakarta
Makam Pangeran Jayakarta terletak diwilayah Jatinegara Kaum. Menurut sejarahnya, Pangeran Jayakarta berasal dari Banten, putra dari pangeran Sungerasa Jayawikarta bernama pangeran Akhmad Jaketra, yang meneruskan perjuangan ayahnya tahun 1619 – 1640 M. Basis pertahannya di wilayah Timur Jakarta, disuatu tempat yang merupakan hutan jati sepanjang kali Sunter. Pada triwulan III tahun 1619 M, diresmikan dan diberi nama Jatinegara yang mempunyai arti : Jati = setia dan Negara = Pemerintahan. Jadi berarti Pemerintahan yang sejati.
Untuk melestarikan makam pangeran Jayakarta di daerah Jatinegara Kaum, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun 3 (tiga) gapura di kawasan makam bersejarah tersebut, yakni gapura pertama akan dibangun di pertigaan jalan Bekasi Timur, gapura kedua akan dibangun di Jalan Alu-alu dekat Jembatan Kali Sunter, dan gapura ketiga tepat di depan Masjid Assalafiyah.
Didalam kawasan makam Pangeran Jayakarta terdapat sebuah masjid yang diyakini dibangun oleh Pangeran Jayakarta. Masjid ini bernama Masjid Assalafiyah. Saat ini, masjid Assalafiyah sudah ditetapkan menjadi cagar budaya dan suaka peninggalan sejarah. Pengelolaannya berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
Saat ini, masjid Assalafiyah dirawat oleh R Suprijadi yang juga merupakan salah seorang keturunan Pangeran Jayakarta. Beliau di tugaskan sebagai juru pelihara masjid dan makam sesuai yang tertuang didalam Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta.
Masjid Assalafiyah dibangun pada tahun 1620, dan hanya merupakan masjid kecil dengan empat tiang pokok dan satu cungkup (atap masjid). Masjid ini telah beberapa kali dipugar. Pertama tahun 1700 oleh pangeran Sogiri. Kemudian, pada tahun 1884 dilakukan pemugaran kembali oleh Tubagus Aya Kasim. Perluasan bangunan masjid dilakukan pada pemugaran yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1968. pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 2003-2004 oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta Sutiyoso. Walaupun sudah sering mengalami pemugaran, namun keaslian dari masjid ini tetap dipertahankan yaitu bangunan masjid dengan empat pokok yang terbuat dari kayu jati hingga ke atapnya.
Berbagai kegiatan keagamaan juga telah banyak diselenggarakan di masjid Assalafiyah. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah : pengajian remaja setiap hari jum’at; pengajian ibu-ibu di hari minggu; pengajian umum di hari sabtu; serta peringatan hari besar islam seperti Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi.

9. Kawasan Hutan Kota dan Taman Kota
Padatnya manusia menjadi masalah lingkungan di perkotaan. Pertumbuhan penduduk mempengaruhi perkembangan permukiman serta kebutuhan prasarana dan sarana, fisik kawasan kota mungkin berkembang secara ekonomi, namun mutu lingkungannya turun. Ruang gerak di kota serba sumpek, pengap, berjubel, bising, air, tanah, udara tercemar.
Kota yang sehat mestinya memiliki sejumlah lahan terbuka. Sebagai hutan kota, lahan ini bermanfaat menjadi sumber udara bersih untuk mengimbangi pencemaran udara dan suara bising dari mesin pabrik atau kendaran bermotor. Masyarakat dan pemerintah harusnya memahami soal ini dan segera melakukan tindakan nyata mewujudkan RuangTerbuka Hijau (RTH) di kota.
Menyikapi keadaan tersebut, maka Pemerintah Kota Jakarta Timur melakukan pengembangan hutan kota dan taman kota yang ada di Jakarta Timur, karena pembangunan hutan kota merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Itu berarti pemerintah dan warga masyarakat sama-sama punya tanggungjawab mendorong pembangunan RuangTerbuka Hijau di lingkungan mereka.

Melihat pentingnya hutan kota sebagai paru-paru kota yang dapat membantu menetralisir pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor, maka kelestarian hutan kota dan taman kota perlu dijaga dengan baik.



Sumber : http://timur.jakarta.go.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar